10 Etika Tak Tertulis Saat Melayat

Melayat atau berkunjung untuk menyampaikan duka cita kepada keluarga yang sedang berduka merupakan tradisi penting dalam berbagai budaya, khususnya di Indonesia. Selain menunjukkan rasa empati dan solidaritas, kegiatan melayat juga memperkuat hubungan sosial antar anggota masyarakat. Namun, ada 10 etika tak tertulis yang sebaiknya diperhatikan agar kehadiran kita tidak menambah beban bagi keluarga yang berduka. Tulisan ini akan membahas etika tak tertulis saat melayat yang perlu diingat agar tetap santun dan menghormati suasana duka.


Datang pada Waktu yang Tepat

Melayat di waktu yang tidak tepat bisa membuat keluarga merasa terganggu. Waktu ideal biasanya adalah setelah pengumuman resmi kematian atau ketika keluarga sudah mulai menerima tamu. Hindari datang terlalu pagi atau larut malam, kecuali kita memiliki hubungan yang sangat dekat dengan almarhum atau keluarganya. Pastikan juga menyesuaikan dengan tradisi setempat, misalnya adat tertentu yang memiliki waktu khusus untuk melayat.


Berpakaian Sopan dan Rapi

Memilih pakaian yang sopan dan sederhana menunjukkan rasa hormat kepada keluarga dan almarhum. Umumnya, warna pakaian netral atau gelap seperti hitam, putih, atau abu-abu lebih disarankan. Hindari pakaian mencolok atau aksesori berlebihan yang dapat mengalihkan perhatian.


Menjaga Ucapan dan Sikap

Saat bertemu dengan keluarga yang sedang berduka, pilih kata-kata dengan bijak. Hindari bertanya tentang detail kematian yang dapat membuka luka atau membuat mereka merasa tidak nyaman. Ucapan sederhana seperti “Turut berduka cita” atau “Semoga diberi kekuatan dan ketabahan” sudah cukup mewakili empati. Selain itu, hindari bercanda atau tertawa keras di lokasi melayat agar tidak mengganggu suasana. 


Mengatur Durasi Kehadiran

Melayat tidak harus lama. Kehadiran Anda untuk memberikan dukungan moral sudah berarti bagi keluarga yang berduka. Jika suasana tidak memungkinkan untuk mengobrol lama, cukup sampaikan ucapan duka, berdoa sebentar, dan beri kesempatan bagi tamu lain untuk melayat.


Tidak Mengambil Foto Tanpa Izin

Di era digital saat ini, mengambil foto di setiap momen sudah menjadi kebiasaan. Namun, saat melayat, mengambil foto, terutama jenazah, dianggap tidak sopan dan melanggar privasi keluarga. Jika ingin mengambil foto sebagai dokumentasi, seperti foto karangan bunga, pastikan meminta izin terlebih dahulu kepada keluarga. 

Baca juga: Perbedaan Irregular Plural Nouns dan Collective Nouns


Memberi Bantuan dengan Tulus

Salah satu bentuk empati adalah menawarkan bantuan kepada keluarga, seperti membantu mengatur tamu, menyiapkan makanan, atau mengurus hal-hal teknis lainnya. Bantuan kecil seperti ini sangat berarti bagi keluarga yang mungkin sedang kewalahan mengurus berbagai hal di tengah suasana duka. 


Membawa Tanda Duka atau Karangan Bunga

Di beberapa tradisi, membawa karangan bunga atau tanda duka lainnya merupakan bentuk penghormatan. Namun, tidak semua keluarga merasa nyaman dengan ini. Lebih baik kita menyesuaikan dengan kebiasaan setempat dan memastikan bahwa pemberian tersebut tidak menimbulkan ketidaknyamanan bagi keluarga. 


Menyesuaikan dengan Tradisi Agama atau Adat

Setiap agama dan adat memiliki tata cara berbeda dalam prosesi pemakaman dan melayat. Misalnya, ada yang mengadakan doa bersama atau tahlilan selama beberapa hari. Sebagai tamu, penting bagi kita untuk menghormati dan menyesuaikan diri dengan aturan atau tradisi yang berlaku agar tidak menyinggung keluarga yang berduka. 


Hanya Membicarakan Kebaikan Almarhum/Almarhumah

Saat melayat, sangat penting untuk menjaga ucapan agar hanya menyinggung kebaikan almarhum atau almarhumah. Ingat bahwa keluarga yang ditinggalkan sedang berada dalam kondisi berduka, sehingga mereka membutuhkan dukungan emosional. Mengingat dan menyebutkan kebaikan almarhum, seperti jasa atau kenangan indah yang pernah ada, bisa menjadi bentuk penghormatan sekaligus hiburan bagi keluarga.

Sebaliknya, hindari membicarakan kesalahan atau kekurangan almarhum. Hal tersebut tidak hanya melukai perasaan keluarga tetapi juga tidak etis dalam budaya dan ajaran agama. Banyak tradisi mengajarkan bahwa setelah seseorang meninggal, yang perlu diingat hanyalah kebaikannya. Dengan menjaga lisan dan menyampaikan hal-hal positif, kita turut membantu menjaga suasana yang damai dan penuh empati selama prosesi duka. 


Mengiringi dengan Doa dan Niat Baik

Selain hadir secara fisik, doa yang tulus untuk almarhum dan keluarga yang ditinggalkan sangat penting. Apapun agama atau kepercayaan kita, niat baik dan doa adalah bentuk dukungan paling bermakna yang bisa diberikan dalam situasi duka.

Baca juga: 8 Best Coffee Beans in Indonesia: Which One is Your Favorite?

Melayat bukan hanya sekadar formalitas, tetapi juga wujud empati dan rasa peduli terhadap sesama. Dengan mematuhi etika tak tertulis saat melayat, kita bisa menunjukkan sikap hormat dan membantu meringankan beban keluarga yang sedang berduka. Ingatlah bahwa sikap bijak, sopan, dan tulus jauh lebih bermakna daripada sekadar hadir secara fisik. Semoga artikel ini bermanfaat sebagai panduan agar kita semua bisa lebih peka dalam menjalankan kewajiban sosial saat melayat. 

Apakah teman-teman ada yang ingin menambahkan? Atau punya kisah unik saat melayat? Silakan tulis di kolom komentar. 

Next Post Previous Post
2 Comments
  • Dhani Andhika
    Dhani Andhika October 23, 2024 at 5:57 AM

    Terimakasih insightnya terkadang beberapa hal tidak terpikirkan seperti datang tepat waktu jadi tidak menggangu keluarga yang sedang berduka

  • Tira Soekardi
    Tira Soekardi October 23, 2024 at 5:18 PM

    Aku kl melayat setelah salaman selalu duduk jauh dr jenasah. Sambil merenung, kita bakal dipanggil juga

Add Comment
comment url