Pengalaman Menghadapi Bayi Kuning: Cerita Oryza dari Lahir hingga Pulang
Punya anak pertama setelah lima tahun menanti adalah anugerah tak terkira untuk kami. Namun ternyata Oryza lahir prematur dan bahkan mengalami kuning aka jaundice. Berikut adalah pengalaman kami sebagai orang tua baru saat itu.
Hari pertama
Setelah lahir, Oryza ditempatkan di kamar yang hangat, terlindung dari udara dingin, dan disinari lampu bohlam 10 watt untuk menjaga suhu tubuhnya.
Malamnya, bunyi kembang api menyambut kedatangan Oryza hingga hampir subuh, membuatnya sulit tidur.
Karena musim hujan, Oryza tidak bisa dijemur di bawah sinar matahari, apalagi jika angin dingin berhembus. Menjaga bayi prematur dan baru lahir dari dingin adalah langkah penting agar kesehatannya tetap terjaga.
Hari keempat: mata kuning
Saat dibawa ke ruang depan dekat teras, terlihat mata Oryza menguning. Karena khawatir, sore harinya Oryza dibawa ke dokter spesialis anak (DSA).
Hasil tes darah menunjukkan kadar bilirubin 15, jauh di atas normal (2). Dokter menjelaskan bahwa bayi kuning bisa dipengaruhi oleh perbedaan golongan darah ibu (O) dan bayi (bukan O) dan hal ini bisa terjadi pada anak berikutnya.
Perasaan campur aduk:
- takut kehilangan Oryza
- khawatir kondisinya memburuk
- sekaligus berusaha tetap tenang
Fototerapi untuk bayi kuning
Sabtu malam, Oryza masuk rumah sakit untuk fototerapi bayi. Bayi kecil itu terbaring di box bersinar biru, hanya memakai popok. Melihatnya sendirian membuat hati kami tidak tega.
Perawat yang teliti mulai memberi edukasi tentang wajib ASI pada ibu baru. Saat itu, produksi ASI sangat sedikit, hanya 5-10 ml, sementara ibu lain bisa memerah 60-90 ml. Meski sedikit, 15 ml terasa seperti pencapaian besar.
Fototerapi adalah salah satu cara medis paling efektif untuk menurunkan kadar bilirubin pada bayi kuning, sambil tetap memastikan bayi mendapat asupan nutrisi yang cukup.
Hari keenam
Tes darah, bilirubinnya 6. Kata dokter karena bayi prematur, reflek sedotnya belum ada jadi harus dipasang selang dari mulut sampe lambung.
Dan jawabku: TERSERAH!
Kalut, marah, sedih, bingung.
Bayi kecil, kurus, nangisnya kenceng, harus pake selang. Miris lihatnya. Air mata tak terbendung saat nengok bayiku, dan Oryza pun seakan tak ingin lepas dari pelukanku.
Sufor itu bukan dosa
Perawat di RSUD memang melakukan tugasnya, mengedukasi ibu agar memprioritaskan Asi untuk bayi. Namun ternyata demi bayi prematur kuning yang perlu banyak asupan susu untuk membuang bilirubin berlebih, susu formula itu dibolehkan!
Sufor yang dianjurkan oleh perawat dan DSA adalah sufor khusus untuk bayi prematur yang kandungan gizinya lebih tinggi daripada sufor biasa.
Hari kedelapan: pulang dari RS
Alhamdulillah, pada Selasa pagi, Oryza sudah boleh pulang. Perjuangan menghadapi bayi kuning, fototerapi, dan pemberian ASI terbatas akhirnya membuahkan hasil. Bayi kecil itu kembali sehat dan ceria.
Tips menghadapi bayi kuning dan prematur
Berdasarkan pengalaman saya mengahadapi baby Oryza yang terlahir prematur dan mengalami kuning, berikut tips untuk teman-teman:
- Perhatikan tanda bayi kuning: periksa mata, kulit, dan urine bayi, terutama bila golongan darah Ibu O dan golongan darah bayi bukan O
- Tanya ke DSA. Lakukan fototerapi bila diperlukan: terapi cahaya membantu menurunkan kadar bilirubin
- ASI tetap penting: meski produksi sedikit, ASI membantu bayi mengeluarkan bilirubin melalui urin dan feses. Jangan merasa dosa bila perlu menggunakan susu formula
- Jaga suhu tubuh bayi: gunakan lampu hangat atau tempat bayi di ruangan hangat
- Bersabar dan tetap tenang: bayi prematur dan kuning membutuhkan perhatian ekstra, tapi kasih sayang dan ketenangan ibu sangat berarti.
Demikianlah Cerita Oryza saat mengalami kuning sejak awal kami ngeuh sampai dengan kembali dari rumah sakit. Kini Oryza tumbuh jadi anak yang sehat.




